free page hit counter

Peran Perempuan Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme

MANADO (DUTA DAMAI SULUT) – Radikalisme adalah suatu ideologi (ide atau gagasan) serta paham yang ingin melakukan perubahan pada tatanan sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan dan terbilang ekstrim.

Terorisme melibatkan kekerasan atau ancaman yang menciptakan suasana ketakutan yang meluas, mengakibatkan korban masal atau kerusakan, didorong oleh tujuan ideologis, politik, atau keamanan.

Radikalisme dan terorisme adalah dua ancaman bagi kesatuan dan perdamaian bangsa Indonesia, dengan begitu kedua paham tersebut merupakan musuh bersama seluruh penduduk bumi, dikarenakan menimbulkan ketakutan bagi masyarakat luas.

Paham atau pergerakkan radikalisme ini sering dikaitkan dengan terorisme, sebab kelompok radikal dapat melakukan cara apapun agar tujuannya dapat segera terlaksanakan, termasuk meneror pihak yang tidak pro dengan mereka.

Menyasar perempuan

Intoleransi, radikalisme, dan terorisme atas nama agama sering kali menjadikan perempuan sebagai korban.

Tak hanya sebatas itu, penganut paham ini menyasar para perempuan untuk direkrut sebagai pelaku.

Alasannya karena perempuan memainkan peranan penting dan strategis dalam keluarga sebagai sosok teladan yang mengasuh, dan membangun keutuhan keluarga.

Beberapa tahun terakhir masyarakat bisa menyaksikan aksi terorisme yang menempatkan perempuan sebagai pelaku utama.

Perempuan dipilih karena memiliki fungsi dan peran strategis sehingga sangat berpotensi dimanfaatkan kelompok ekstremis.

Momentum bulan Kartini merupakan saat yang tepat untuk memaknai kembali perjuangannya bagi para perempuan.

Kita perlu berefleksi bagaimana menciptakan resiliensi agar para perempuan Indonesia memiliki kekebalan tinggi dari radikalisasi dan terorisme.

Dengan nsting keibuan yang secara alami dimiliki perempuan dapat menciptakan perdamaian dengan membangun rasa cinta, kepedulian serta harmoni bagi lingkungan sekitarnya.

Peran kunci

Perempuan memiliki peran kunci, baik dalam membangun narasi positif pandangan inklusif sebagai penangkal dan penetralisir narasi kebencian serta paham yang salah guna memutus mata rantai radikalisme dan terorisme.

Perempuan harus menjadi promotor pencegahan radikalisme dan terorisme, yang dapat memberi teladan dan mengajarkan arti toleransi, karena radikalisme dan terorisme merupakan masalah yang berpengaruh besar bagi masyarakat global.

Resiliensi yang tercipta juga pada perempuan memberi dampak ganda yaitu mencegah potensi terjerumusnya perempuan ke dalam lingkaran paham yang salah, sekaligus membekali mereka melakukan peran yang menjadi fitrah seorang ibu.

Hal ini akan sangat berguna dalam melakukan deteksi dini atas indikasi radikalisme pada anak-anak dan suaminya di level keluarga.

Selain lingkungan keluarga, kaum hawa dapat membantu meningkatkan toleransi dalam masyarakat, yang merupakan salah satu langkah penting pencegahan radikalisme dan terorisme.

Toleransi adalah kewajiban bagi setiap individu dalam masyarakat, karena hanya dengan toleransi kita semua dapat membangun masyarakat yang harmonis dan damai dalam menerima perbedaan.

Penulis: Claudia Vinny Selan
Editor: Maher Kambey

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *